Mengenal Tradisi Sakral di Gereja Ganjuran
Gereja Ganjuran, atau Gereja Santa Perawan Maria Bunda Rosario, adalah salah satu gereja katolik yang terletak di desa Ganjuran, Bantul, Yogyakarta. Gereja yang didirikan pada tahun 1924 ini memiliki sejarah dan tradisi sakral yang kuat.
Tradisi sakral yang dimaksud adalah tradisi yang berkaitan dengan kepercayaan dan penghormatan kepada Bunda Maria. Banyak di antara umat Katolik yang memuja dan memohon bantuan Bunda Maria dalam kehidupan sehari-hari. Di Gereja Ganjuran, tradisi ini sangat kental terasa, terutama pada perayaan bulan Oktober yang juga disebut sebagai bulan Bunda Maria.
Pada bulan tersebut, umat Katolik di seluruh dunia merayakan perayaan Bunda Maria. Di Gereja Ganjuran, perayaan ini diwarnai dengan adanya prosesi rohaniah yang dimulai dari kapel kecil yang terletak di belakang gereja. Prosesi ini diikuti oleh ribuan umat Katolik yang membawa lilin, bunga, dan berbagai persembahan lainnya.
Menurut Pastor FX. Sutopo, pengurus Gereja Ganjuran, prosesi ini merupakan tradisi yang sudah dilakukan sejak puluhan tahun yang lalu. “Prosesi ini menjadi momentum yang sangat sakral bagi umat Katolik di sini. Mereka memohon berkat dan perlindungan dari Bunda Maria,” kata Pastor FX. Sutopo.
Selain itu, di Gereja Ganjuran juga terdapat tradisi menghormati Santo Yusuf yang dianggap sebagai pelindung keluarga. Setiap tanggal 19 Maret, umat Katolik di Gereja Ganjuran merayakan perayaan Santo Yusuf dengan mengadakan misa dan prosesi rohaniah.
Menurut Dr. P. Budi Harsono, seorang ahli sejarah keagamaan, tradisi sakral di Gereja Ganjuran merupakan hasil dari perpaduan antara kepercayaan Katolik dan budaya Jawa. “Banyak elemen budaya Jawa yang terlihat dalam prosesi rohaniah di Gereja Ganjuran. Misalnya, penggunaan gamelan dan tari-tarian khas Jawa,” kata Dr. P. Budi Harsono.
Namun, Dr. P. Budi Harsono juga menegaskan bahwa tradisi sakral di Gereja Ganjuran harus tetap dijaga dan dilestarikan. “Tradisi sakral di Gereja Ganjuran memiliki nilai historis dan budaya yang sangat penting. Oleh karena itu, kita harus melestarikannya agar tidak hilang ditelan zaman,” ujarnya.
Dalam rangka melestarikan tradisi sakral tersebut, Gereja Ganjuran juga menggelar berbagai kegiatan sosial dan keagamaan. Misalnya, program pemberdayaan masyarakat, bakti sosial, dan pelatihan-pelatihan keagamaan.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Gereja Ganjuran memiliki tradisi sakral yang sangat kuat, terutama dalam penghormatan kepada Bunda Maria dan Santo Yusuf. Tradisi ini merupakan hasil perpaduan antara kepercayaan Katolik dan budaya Jawa. Oleh karena itu, tradisi sakral di Gereja Ganjuran harus tetap dijaga dan dilestarikan agar tidak hilang ditelan zaman.