Transformasi Gereja di Masa Reformasi: Dari Pembaruan Iman Hingga Pemberdayaan Umat


Transformasi Gereja di Masa Reformasi: Dari Pembaruan Iman Hingga Pemberdayaan Umat

Gereja merupakan sebuah institusi yang selalu berubah seiring dengan perkembangan zaman. Salah satu momen penting dalam sejarah gereja adalah masa Reformasi pada abad ke-16. Namun, transformasi gereja tidak berhenti di situ saja. Di masa Reformasi Indonesia, gereja juga mengalami transformasi yang besar. Dalam tulisan ini, kita akan membahas tentang Transformasi Gereja di Masa Reformasi: Dari Pembaruan Iman Hingga Pemberdayaan Umat.

Pada awal masa Reformasi di Indonesia, gereja mengalami perubahan dalam hal pembaruan iman. Pada masa itu, gereja masih terbelenggu oleh tradisi-tradisi yang tidak sesuai dengan ajaran Kristus. Menurut Pdt. Yakobus T. Tethool, seorang pendeta di Gereja Kristen Indonesia, “Reformasi adalah sebuah gerakan untuk mengembalikan gereja kepada ajaran aslinya, yaitu ajaran Kristus. Gereja harus keluar dari tradisi-tradisi yang sudah tidak sesuai dengan ajaran Kristus.” Hal ini terlihat dari usaha gereja dalam memperbaiki liturgi dan menyederhanakan ajaran-ajaran agama agar bisa dipahami oleh masyarakat awam.

Namun, transformasi gereja tidak berhenti di situ saja. Pada masa Reformasi Indonesia, gereja juga mengalami perubahan dalam hal pemberdayaan umat. Menurut Dr. J. Rizal Panggabean, seorang ahli teologi dari Universitas Kristen Duta Wacana, “Reformasi di Indonesia membawa perubahan dalam pola kepemimpinan gereja. Gereja tidak lagi dipimpin oleh satu orang atau sekelompok orang, tetapi oleh seluruh umat.” Hal ini terlihat dari perkembangan gereja-gereja yang menerapkan sistem Sinode, yaitu sistem kepemimpinan gereja yang melibatkan seluruh umat dalam pengambilan keputusan.

Transformasi gereja ini juga terlihat dari peran gereja dalam memperjuangkan hak-hak sosial masyarakat. Gereja tidak hanya fokus pada urusan rohani, tetapi juga memperhatikan urusan sosial dan politik. Menurut Pdt. Dr. Andreas Yewangoe, seorang pendeta dan aktivis sosial, “Gereja harus menjadi suara bagi yang tidak bersuara, membela hak-hak rakyat kecil, dan memperjuangkan keadilan sosial.” Hal ini terlihat dari peran gereja dalam memperjuangkan hak-hak kaum minoritas, seperti pemberian hak-hak bagi umat Islam di Aceh dan umat Kristen di Papua.

Transformasi gereja di masa Reformasi ini juga terlihat dari perkembangan gerakan ekumenis. Gereja-gereja yang sebelumnya terpisah saat ini bersatu dalam gerakan ekumenis untuk memperjuangkan keadilan sosial dan perdamaian dunia. Menurut Pdt. Dr. Ferry J. Lumintang, seorang teolog dan aktivis ekumenis, “Ekumenisme adalah suatu gerakan gereja untuk mempersatukan gereja-gereja yang sebelumnya terpisah dan memperjuangkan keadilan sosial serta perdamaian dunia.” Hal ini terlihat dari perkembangan gereja-gereja yang bekerja sama dalam memperjuangkan hak-hak rakyat kecil dan memperjuangkan perdamaian di Indonesia dan dunia.

Dalam kesimpulannya, Transformasi Gereja di Masa Reformasi: Dari Pembaruan Iman Hingga Pemberdayaan Umat adalah sebuah proses yang panjang dan terus berkelanjutan. Gereja tidak hanya berfokus pada urusan rohani, tetapi juga memperhatikan urusan sosial dan politik. Gereja tidak hanya dipimpin oleh satu orang atau sekelompok orang, tetapi oleh seluruh umat. Gereja tidak hanya memperjuangkan hak-hak umatnya, tetapi juga hak-hak rakyat kecil dan perdamaian dunia. Sebagai umat Kristus, kita diharapkan untuk terus bertransformasi dan menjadi berkat bagi dunia.