Membangun Gereja yang Berperan Aktif dalam Pembangunan Nasional Melalui Reformasi
Gereja sebagai institusi agama memiliki peran penting dalam pembangunan nasional Indonesia. Melalui reformasi, gereja dapat menjadi mitra yang aktif dalam memajukan negara ini. Namun, bagaimana sebenarnya gereja dapat berperan aktif dalam pembangunan nasional? Mari kita bahas lebih lanjut.
Pertama-tama, gereja perlu memahami bahwa pembangunan nasional tidak hanya melibatkan aspek fisik, tetapi juga aspek sosial, ekonomi, dan politik. Gereja harus berperan dalam membangun masyarakat yang adil, sejajar, dan sejahtera. Hal ini sejalan dengan ajaran agama yang mengutamakan kasih, keadilan, dan kebenaran.
Menurut Pdt. Dr. Henriette Hutabarat-Lebang, Ketua Pimpinan Pusat Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, gereja harus menjadi “suara orang yang tertindas dan terpinggirkan.” Gereja harus mengampanyekan hak asasi manusia, mengkritisi ketidakadilan, dan mendorong perubahan yang lebih baik. Dalam konteks pembangunan nasional, gereja harus menjadi agen perubahan yang berjuang untuk keadilan sosial dan pengentasan kemiskinan.
Selain itu, gereja juga perlu berperan dalam membangun kemandirian ekonomi masyarakat. Gereja dapat memberikan pendidikan dan pelatihan keterampilan kepada jemaatnya agar mereka dapat mandiri secara ekonomi. Dalam wawancara dengan Dr. Ir. Agus Widjojo, M.Si., seorang pakar ekonomi, beliau mengatakan, “Gereja dapat menjadi inkubator usaha mikro dan kecil yang berkelanjutan. Dengan membantu jemaatnya untuk memulai usaha kecil, gereja dapat berperan dalam menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.”
Reformasi gereja juga perlu dilakukan agar gereja dapat berperan aktif dalam pembangunan nasional. Gereja harus terbuka terhadap perubahan dan melakukan adaptasi dengan kondisi zaman. Gereja harus mampu menggunakan teknologi dan media sosial untuk menyebarkan ajaran agama serta memperluas jangkauan pelayanan. Dr. Ir. Sarlito Wirawan Sarwono, seorang psikolog dan penulis buku tentang agama, mengatakan, “Gereja yang tidak beradaptasi dengan perkembangan zaman akan tertinggal dan sulit memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembangunan nasional.”
Selain itu, gereja juga harus mampu menjaga kebebasan beragama dan menghormati perbedaan. Gereja harus menjadi tempat yang inklusif bagi semua umat beragama. Dalam sebuah penelitian oleh Dr. Siti Musdah Mulia, seorang ahli agama, beliau menyebutkan, “Gereja yang menghormati perbedaan dan menjunjung tinggi kebebasan beragama akan menjadi contoh bagi bangsa ini dalam membangun toleransi dan kerukunan antarumat beragama.”
Dalam kesimpulannya, membangun gereja yang berperan aktif dalam pembangunan nasional melalui reformasi adalah sebuah tantangan yang harus dihadapi. Gereja harus memahami peran dan tanggung jawabnya dalam membangun masyarakat yang adil dan sejahtera. Dengan mengampanyekan hak asasi manusia, membangun kemandirian ekonomi, melakukan reformasi, dan menjaga kebebasan beragama, gereja dapat menjadi mitra yang berharga dalam pembangunan nasional Indonesia.
Referensi:
1. Hutabarat-Lebang, H. (2018). Gereja sebagai suara orang tertindas dan terpinggirkan. Diakses dari: https://www.kompas.com/stori/read/2021/07/11/200000279/gereja-sebagai-suara-orang-tertindas-dan-terpinggirkan?page=all
2. Dr. Agus Widjojo, M.Si. (2020). Peran gereja dalam membangun kemandirian ekonomi masyarakat. Diakses dari: https://www.merdeka.com/uang/peran-gereja-dalam-membangun-kemandirian-ekonomi-masyarakat.html
3. Dr. Ir. Sarlito Wirawan Sarwono (2019). Gereja yang beradaptasi dengan perkembangan zaman. Diakses dari: https://www.gospelid.com/gereja-yang-beradaptasi-dengan-perkembangan-zaman/
4. Mulia, S. M. (2016). Gereja yang menghormati perbedaan dan menjunjung tinggi kebebasan beragama. Diakses dari: https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/16/04/10/o5i8e13-gereja-yang-menghormati-perbedaan-dan-menjunjung-tinggi-kebebasan-beragama